Minggu, 27 April 2008

Mau berbinis tanaman hias? Apakah harus sewa lapak? Banyak model bisnis bisa dipilih. Betulkah modal uang mutlak diperlukan? Siapa bilang? Ternyata jadi buser atau hunter bisa jadi pilihan. Modal hanya handphone yang bisa MMS. Berikut ini beberapa model bisnis yang bisa Anda pilih sesuai dengan kondisi keuangan, kesehatan, dan cita-cita pribadi sejak kecil.

Sewa dan Buka Gerai Tanaman Hias
Ini cara paling konvensional.. Menjual tanaman hias dengan cara menyewa lapak di tempat terbuka. Kalau Anda punya nyali dan mau sedikit nekad, bisa menggunakan lahan kosong milik pengembang yang tidak difungsikan atau lahan kosong milik siapa saja. Cuma konsekuensinya, Anda harus siap-siap dikejar petugas Trantib dan berurusan dengan para preman. Jelas, cara ini tidak dianjurkan. Yang paling baik, sewa saja secara resmi lapak-lapak di sentra-sentra tanaman hias yang juga resmi. Di Jabodetabek misalnya ada di Ragunan; Flona Alam Sutera di Serpong Tangerang, dan Pusat Tanaman Hias BSD City di Kompleks Taman Tekno Tangerang.

Sistem sewa biasanya dihitung per bulan atau per tahun di luar biaya kebersihan dan keamanan. Hitungan untuk tahun 2007, rata-rata per tahun 5—10 juta rupiah untuk setiap kapling. Kalau lahan sudah habis di tempat resmi tadi, Anda bisa 'membeli hak pakai' pada penyewa lama secara 'bisik-bisik'. Dengan catatan, penyewa lama sudah bosan. Harga beli 'hak pakai' juga bervariasi, antara Rp20—100 juta per kapling.

Menyewa lapak di sentra penjualan tanaman hias resmi, selain tidak dikejar-kejar petugas Trantib, Anda juga tidak perlu repot-repot promosi. Karena sentra tanaman itu sendiri sudah mampu mengumpulkan pengunjung. Paling tidak, kalau Anda belum punya pelanggan, kalau nasib baik, ada pelanggan tetangga 'kesasar' masuk ke gerai Anda. Yang perlu Anda lakukan tinggal memajang tanaman-tanaman yang bagus, mempekerjakan karyawan yang ramah, dan membuat gerai Anda menyenangkan.

Sewa Stan dan Buka Pameran
Pameran tanaman hias merupakan ajang promosi dan ajang penjualan yang bagus. Pihak penyelenggara melakukan banyak promosi untuk mengudang konsumen datang. Kalau Anda sewa stan dan buka pameran di situ, bukan mustahil gerai Anda dikunjungi orang, dan tanaman Anda dibeli orang.

Sekadar informasi, di Jabodetabek, sewa stan pameran saat ini berkisar Rp750.000 sampai Rp3.000.000, untuk gerai ukuran 3 x 5 meter, selama pameran berlangsung antara 7 sampai 10 hari. Di Jakarta ada beberapa event pameran tanaman yang berskala nasional, seperti Pameran Flora Fauna di Lapangan Banteng setiap bulan Agustus, atau pameran-pameran tanaman hias yang diselenggarakan Majalah Trubus. Namun, banyak juga pameran-pameran serupa yang diselenggarakan oleh Pemda, Supermal, atau event-event organizer di banyak tempat.

Yang perlu Anda lakukan adalah selain menyiapkan tanaman hias andalan juga mencetak kartu nama untuk disebar. Jangan lupa cetak nomor telepon Anda jelas-jelas agar setelah pameran usai, tanaman Anda tetap dibeli orang.

Open House
Open house atau buka nurseri di rumah sendiri paling enak. Anda bisa setiap hari menongkrongi, memantau, dan menerima pembeli. Kalau bisnis Anda laku, Anda boleh bilang pada keluarga di rumah yang ikut menyaksikan, bahwa jadi pedagang tanaman hias tidak 'hina'. Cara ini gampang dilakukan bila Anda punya pekarangan atau lahan yang memenuhi persyaratan. Namun bagi yang tidak punya lahan, jangan berkecil hati, bisa bikin dak di atas rumah.

Enaknya, para tetangga yang lewat dan melihat, atau sanak keluarga yang kebetulan mampir bisa menjadi pengiklan bisnis Anda. Syukur-syukur mereka juga ikut tergerak untuk membelinya, bukan malah memintanya secara gratis. Kalau yang terakhir ini terjadi, jangan sekali-kali Anda mengabulkannya. Lebih baik Anda menjual kepada mereka dengan harga miring atau rugi, daripada memberinya cuma-cuma. Jangan sampai yang kemudian menjadi berita dari mulut ke mulut adalah bahwa tempat Anda adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan tanaman secara gratis. Dengan menjual murah atau rugi, sedikitnya, yang akan menjadi berita adalah tempat Anda menjual tanaman dengan harga murah.

Keuntungan lain dengan memilih cara ini, Anda tentu saja tidak perlu buang biaya untuk menyewa lapak. Selain itu, jika sedang tidak ada pembeli, Anda bisa menikmati keindahannya setiap hari. Kerugiannya, istri, mertua, anak atau cucu Anda bisa terganggu ruang geraknya. Anda juga harus mulai bersiap-siap memiliki rumah seperti hutan belantara. Cara ini juga bisa dilakukan secara luwes. Misalnya, kalau Anda masih kerja, atau punya usaha lain, Anda bisa melakukan open house khusus pada hari Sabtu dan Minggu.

Menitipkan Tanaman
Tanaman bisa Anda titipkan ke teman yang menjual tanaman atau ke penjual tanaman yang Anda kenal. Ini cara paling aman, terutama jika Anda tergolong hobiis pembosan. Jadi kalau ada tanaman yang Anda anggap sudah menjemukan, Anda bisa meminta mereka untuk memasarkannya. Cara titip teman juga pas jika Anda tergolong pemalu, atau masih malu-malu menjadi pedagang tanaman hias.

Keuntungannya, rumah Anda nyaman, dan Anda tak perlu mengeluarkan biaya sewa lapak. Jeleknya, ada kemungkinan tanaman Anda tersia-sia di tempat 'penitipan'. Bahkan bukan tidak mungkin, orang-orang yang Anda titipi malah 'mencuri' tanaman Anda dengan memotong bonggol atau akarnya tanpa Anda ketahui.

Menyewa Tukang Gerobak Keliling
Ini cara paling jitu kalau rumah Anda sempit, dan Anda tidak punya kebun sendiri. Bikin gerobak dorong, dan panggil para pengangguran yang tinggal di sekitar Anda untuk diajak menjadi pedagang keliling tanaman hias. Minta kepada mereka untuk masuk ke perumahan-perumahan menjajakan tanaman Anda. Dewasa ini banyak orang senang tanaman hias tapi terlalu sibuk untuk mendatangi nurseri. Mereka adalah pasar potensial Anda.

Enaknya, setiap hari Anda menerima setoran dari para penarik gerobak dorong. Kalau setiap gerobak menyetor Anda uang Rp1 juta saja sehari, kita sudah bisa bayangkan, betapa indahnya bisnis tanaman hias. Dari sana sekaligus Anda juga bisa mendapat info tanaman yang disukai dan tanaman yang tidak disukai. Dengan demikian, Anda bisa langsung belanja tanaman yang disukai konsumen di tempat penjualan grosir tanaman hias.

Risikonya, kalau penarik gerobak kabur beserta gerobaknya Anda bisa gigit jari. Namun, Anda bisa cegah terlebih dulu dengan menyimpan fotokopi KTP-nya. Kalau ada apa-apa, tinggal lapor polisi.

Menjadi Hunter atau Buser
Kalau Anda ingin dapat untung dari berjualan tanaman hias tapi modal cekak atau tidak punya modal sama sekali, cara ini bisa dilakukan, yaitu dengan menjadi seorang hunter (pemburu) atau buser (buru sergap) tanaman hias.

Pada dasarnya hunter dan buser adalah makelar atau istilah kerennya brooker. Modalnya, informasi dan sebuah handphone yang bisa kirim foto melalui Multimedia Messaging Service (MMS). Dengan model bisnis ini, Anda bahkan tidak harus punya tanaman sendiri.

Membuka Kebun Khusus Sendiri di Daerah Pinggiran
Cara ini mungkin termasuk cara paling mahal. Karena kita harus menyewa atau memiliki lahan luas di daerah pinggiran yang harga atau sewa tanahnya masih murah. Namun, percayalah, meski di dearah pinggiran sekali pun, kalau koleksi tanaman hias Anda bagus, orang akan tetap memburunya. Bak syair lagu "Ke gunung kan kudaki, ke laut kan kuseberangi…."

Keuntungannya, Anda bisa memilih konsumen yang datang ke kebun. Kalau Anda sedang capek Anda bisa mengatakan nurseri Anda tutup, Anda sedang di luar kota atau alasan-alasan lainnya. Bahkan Anda bisa menyeleksi pembeli Anda. Keuntungan lainnya, kalau orang sudah jauh-jauh datang ke tempat Anda, sudah pasti mereka juga akan berbelanja cukup banyak.

Membuka Kebun, Sekaligus Membuka Kedai Kopi atau Galeri
Kalau kondisi keuangan memungkinkan, dan lokasi mendukung, selain membuka kebun dan menjual tanaman, Anda bisa menambah fasilitas lain seperti kafe, kedai kopi, atau galeri lukisan. Jadi, selain berburu tanaman, pengunjung bisa menikmati kopi atau membeli lukisan.

Di Bandung ada All About Strawberry. Bapak dan ibu membeli buah atau tanaman stroberi, sementara anak-anak bisa minum jus stroberi. Di Baturaden, Purwokerto ada Puspa Tiara Nurseri yang menyediakan bakso dan kopi. Istri membeli tanaman, anak-anak makan bakso dan suami bisa minum kopi. Semua happy!

Menjajakan dengan Sepeda Motor atau Mobil
Cara bisnis seperti ini boleh dicoba kalau Anda tidak punya lapak. Anda tinggal ambil dagangan di tempat kulakan, lalu menjajakan secara keliling dengan sepeda motor atau mobil. Sasarannya, pedagang-pedagang tanaman hias kaki lima atau masuk ke pedagang-pedagang yang sedang buka stan pameran yang karena terlalu sibuk tidak punya waktu untuk kulakan..

Kita bisa menjual per lima atau per sepuluh pot. Tak usah untung banyak, asal penjualan lancar dan pembayaran bagus, sudah aduhai. Modalnya, cuma tahu tempat kulakan, tahu lokasi sasaran kita berada, dan punya sepeda motor atau mobil yang bisa dipakai. Kalau Anda bisa ngutang dulu di tempat kulakan, lebih asoy. Jadi Anda tak perlu mengeluarkan modal. Tentu saja, Anda harus langsung membayarnya begitu Anda menerima uang.

Membuat Website
Kalau mau memasarkan tanaman Anda ke pasar lebih luas, Anda bisa membuat website. Di situ Anda bisa memasang foto-foto tanaman, dilengkapi deksripsi dan harganya.

Membuat website tidak mahal. Anda cuma harus membayar seorang desainer web, untuk membuat website. Lalu menghubungi dan membayar pihak web hosting, agar website Anda bisa disiarkan ke seluruh dunia.

Keuntungan lain jika mempunyai website, Anda malah bisa jadi brooker. Tanaman milik teman yang hendak dijual bisa Anda foto, lalu gambarnya dipasang di website. Jika laku, Anda akan mendapatkan komisi.

Pasang Iklan Baris di Internet
Punya tanaman, tapi tidak punya gerai, atau malu mejeng di pameran, tidak bisa bikin gerobak boro-boro punya website? Gampang saja. Pasang iklan baris di Internet.

Dewasa ini banyak portal-portal tanaman hias yang bersedia memasangkan iklan baris Anda secara gratis. Contohnya, Trubus Online (http://www.trubus-online.com), dan LangitLangit.Com (http://www.langitlangit.com) . Syaratnya cuma satu: Anda tidak gaptek Internet. Kalau cuma tidak punya Internet, gampang, datang saja ke Warnet atau bawa laptop dan bayar vouncher sewa hot spot yang banyak dimiliki supermal atau kafe.

Buka Supermarket
Buka supermarket butuh lahan dan bangunan yang memadai. Di situ orang bisa berbelanja tanaman hias secara swalayan. Cuma mungkin, Anda tidak cukup bayar tenaga untuk bagian kasir, tapi perlu juga sewa para detektif untuk mengatasi para pengutil tanaman. Maklum, tukang kutil biasanya juga mencari peluang di supermarket Anda.

Jadi importir.
Anda berangkat ke Thailand, dan membawa pulang tanaman yang sedang digemari di tanah air. Kelihatannya keren. Syaratnya, paling sedikit Anda punya paspor, surat izin impor dan uang memadai..

Menurut orang yang suka ulang-alik ke sana, sedikitnya kita harus membawa Rp. 500 juta, supaya kita untung. Kalau bawa uang dibawah itu, bisa saja, tapi Anda tekor. Anda juga harus siap berurusan dengan masalah bea cukai setelah barang Anda tiba di bandara. Repotnya, tidak ada tarip resmi, semua masih dihitung suka-suka.

Saat buku ini ditulis, beaya seperti ini, untuk sekali masuk barang bisa mencapai antara Rp. 10 juta sampai Rp. 25 juta. Tentu saja beaya sebesar itu harus Anda masukkan sebagai komponen harga jual. Salah-salah berbicara dengan pihak berwenang, bukannya Anda dapat untung, barang malah disita, untuk dimusnahkan. Anda pun gigit jari. Kalau Anda tergolong tidak gentar atau suka naik pesawat terbang dan sedikit punya nyali, model bisnis ini bisa dicoba.

(Dikutip dari buku, "JURUS SUKSES BISNIS TANAMAN HIAS", karangan Kurniawan Junaedhie, PT Agro Media Pustaka, Jakarta 2007)









Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Triwati, Hidup dari "Lidah Mertua" yang Tidak Cerewet
Senin, 06-08-2007
*hendrik hutabarat
Lidah Mertua, tentu yang Anda bayangkan adalah seramnya hubungan antara menantu dengan mertuanya. Tapi bagi Triwati, Lidah Mertua yang satu ini justru membawa keberuntungan bagi dia dan keluarganya. Ya, Lidah Mertua yang dimaksud di sini bukanlah bagian dari tubuh manusia, melainkan sebuah bunga yang rupanya unik, beragam, dan selalu diminati para penghobis tanaman hias.

Dalam bahasa Inggris namanya sama seramnya dalam bahasa Indonesia, yakni Mother-in-law's tongue. Tapi dalam bahasa Latin namanya justru terdengar indah dan cukup keren yakni Sanseviera trifasciata. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Sanseviera rorentti.
Dari informasi berkembang, tanaman tropis ini sudah sangat terkenal di berbagai belahan negara dengan namanya masing-masing. Di Jerman tanaman ini disebut dengan Bogenhanf, di Perancis dikenal dengan Chanvre d'Arique. Bahkan di China yang dikenal sebagai produsen obat-obatan tradisional terbesar di dunia, tanaman ini dikenal dengan banyak nama seperti Pak Lan, Sweet Mei Lan, dan Ylang Ylang. Tanaman ini juga diletakkan di berbagai vihara.
Kembali ke Triwati. Sejak beberapa tahun yang lalu ibu rumah tangga ini memulai debutnya sebagai penghobis tanaman hias tingkat awal dengan memelihara tanaman ini.
Penduduk Jalan AR Hakim Gang Pembangunan Nomor 5 Medan ini mengaku keberuntungan dan rezeki ekonomi keluarganya perlahan semakin kokoh dengan memelihara tanaman ini. Dewi Fortuna semakin menaunginya tatkala dirinya mengikuti Pameran Tanaman Hias yang diadakan Dinas Pertanian Kota Medan pada 2005. Kala itu, Lidah Mertua peliharaannya semakin dikenal khalayak ramai dan mulai ramai dibeli. Begitu juga dengan pameran-pameran berikutnya.
Saat dijumpai MedanBisnis di lokasi Pameran Tanaman Hias 2007 di Taman Ahmad Yani akhir pekan lalu, Triwati yang saat itu didampingi dua orang pekerjanya menunjukkan "kecerewetan" dari Lidah Mertua peliharaannya. "Kalau Sanseviera sendiri banyak turunannya. Ada jenis Javanis, Achtiopica, Kirkii Brown, Tiger Africa, Giant, atau Sanseviera Sorlidar," ujarnya.
Lidah Mertua yang paling dikenali adalah jenis Tiger Africa. Bentuknya dan warnanya mirip dengan jenis tanaman lidah lainnya, yakni Lidah Buaya. Antara Lidah Mertua dengan Lidah Buaya memiliki kesamaan, yakni sama-sama panjang menjulang ke atas, dan warnanya pun sama-sama hijau pekat diselingi semacam totol-totol berwarna putih.
Bedanya satu, kalau Lidah Mertua langsing bak model papan atas, sementara Lidah Buaya gemuk seperti penuh gizi. Mungkin kesamaan ini karena keduanya masih dalam satu rumpun dan berada dalam marga viera, yang satu sanseviera, sementara lainnya aloeviera. "Harga Lidah Mertua yang satu ini sekitar Rp 200.000 untuk setiap empat batangnya," sebutnya.
Namun Lidah Mertua jenis Tiger Afrika itu ternyata masih kalah pamornya dibanding Lidah Mertua jenis Kirkii Brown. Lidah Mertua yang justru jauh lebih "pendek" bila dibanding tingginya sang Tiger Afrika justru dihargai sekitar Rp 250.000 per tiga lembar. Kirkii Brown sendiri daunnya lebih pendek dan lebih gemulai dibanding Tiger Afrika yang tinggi langsing.
Wanita berkacamata ini lebih jauh menuturkan ada pula jenis Lidah Mertua lainnya yang justru lebih mungil dibanding Kirkii Brown, yakni Twister, Twister Tsunami, Pinguin, serta Pinguin Culata. Secara kasatmata, keempatnya tampak sama.. Namun khusus Twister, jika kita jeli, maka terlihat ada sedikit perbedaan.. Seorang pekerja Triwati mengungkapkan kalau Twister Tsunami bentuknya lebih berkelok-kelok, melingkar seperti gelombang tsunami. "Itu sebabnya disebut dengan Twister Tsunami," ujar pekerja tersebut.
Mengenai prospek penjualan koleksi Lidah Mertua yang dipamerkan dalam pameran di Taman Ahmad Yani tersebut, Triwati terkesan malu-malu. "Ah, enggak usahlah disebutin," ujarnya. Namun salah seorang pekerjanya menyebutkan angka Rp 10 juta. "Dalam empat hari, sejak pameran ini dibuka pada 1 Agustus lalu, kami telah meraup pendapatan sekitar Rp 10 juta," ujar pekerja itu lagi.
"Manfaat Lidah Mertua , sanseviera sendiri dalam tradisi keluarga Tionghoa memiliki arti membawa rezeki dan mebuang sial," ujarnya.
Di samping itu, tanaman ini juga bisa ditaruh dalam ruangan atau menjadi tanaman indoor. Lidah Mertua sendiri, tambah Triwati, memiliki manfaat yang terkait erat dengan perlindungan kesehatan manusia. Wah, berbeda benar dengan lidah mertua yang asli yang justru sering membuat kesehatan terganggu. Tanaman ini disebut-sebut bisa dimanfaatkan untuk bahan kecantikan alias kosmetik. Dari penelurusan MedanBisnis di dunia maya, Lidah Mertua ini ternyata memiliki serat yang bisa digunakan untuk bahan kain. Karena itu tidak heran jika kalangan industri sandang Eropa memanfaatkannya secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat Eropa.
Bahkan, konon khabarnya di Thailand tanaman ini telah diproduksi menjadi obat wasir, diabetes, bahkan anti-kanker ganas. Di samping itu, tanaman ini juga disebut-sebut bisa menyerap udara beracun di dalam ruangan. Sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah akan keampuhan tanaman ini. Namun berkembang informasi kalau tanaman ini juga bisa menyerap berbagai emisi gas berbahaya seperti asap rokok, asap kendaraan, serta berbagai bentuk polusi udara lainnya. Yang membuat tanaman ini diminati adalah cara dan biaya pemeliharaannya yang relatif mudah dan tidak menimbulkan biaya besar. Tanaman ini hanya membutuhkan udara dan cahaya secukupnya. Bahkan tanaman inipun tidak banyak membutuhkan air. Tanaman ini hanya butuh sekitar 26 mililiter setiap lembarnya. Tanaman ini benar-benar seperti tanaman kaktus atau hewan onta yang tahan tidak minum berhari-hari.. Bahkan Lidah Mertua ini tidak disiram air dalam setengah bulan pun tidak akan apa-apa.







Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Perbanyakan Sanse Cara Potong Daun
Selasa, 11 Maret 2008 20:41:56

Berikut adalah teknik dan trik perbanyakan sanse menurut Iwan Hendrayanta, kolektor sanse di Permata Hijau, Jaksel.

1. Siapkan tanaman induk bahan cacah. Induk mesti sehat dengan panjang daun minimal 15-20 cm.

2. Potong-potong daun sepanjang 5 cm. Susun potongan daun di tempat terpisah supaya tidak terbalik bagian pangkal dan ujung. Bila salah menanam-bagian ujung yang ditancapkan ke media-tunas tak bakalan muncul.

3. Seluruh bagian daun dapat digunakan, termasuk pangkal. Daun yang lebar, dibagi dua.

4. Siapkan pot. Lubangi lagi bagian dasar yang masih tertutup supaya air siraman tidak mengendap. Itu mengurangi risiko busuk.

5. Letakkan styrofoam di dasar pot untuk menambah porositas dan aerasi lancar.

6. Masukkan media pasir hingga ½-¾ volume pot.

7. Olesi pangkal cacahan daun sansevieria dengan perangsang akar. Olesi ujung daun dengan fungisida untuk menghindari busuk.

8. Tanam cacahan daun di media, lalu pendam dengan sisa media hingga mendekati bibir pot.

9. Hasil tanam, jangan disiram dan kena hujan hingga 3 minggu. Letakkan di tempat ternaungi.

10. Anakan siap dipisahkan setelah 4-5 bulan atau memiliki 3 daun. Sebetulnya bila daun sehat, anakan dengan 1 daun pun siap dipisah.

11. Tanam anakan di media campuran pasir dan sekam bakar dengan perbandingan 1:1. Perawatan selanjutnya seperti tanaman dewasa. Pemberian pupuk 2 kali seminggu diberikan lewat daun.***

(Dari: TRUBUS edisi Maret 2008)






Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Percaya Diri dengan Tanaman Hias Lokal

Sosoknya terlihat sederhana. Namun siapa sangka, wanita murah senyum ini adalah pengusaha tanaman hias sukses di kota Surabaya.

Biasanya, setiap pengusaha tanaman hias menyukai tanaman impor, karena dinilai cukup menguntungkan. Selain itu, tanaman impor lebih mudah dan praktis daripada memperbanyak sendiri.. Namun ternyata, tidak semua pengusaha bisa menerima produk impor, karena bisa mempengaruhi harga jual produk lokal.

Andariani, pemilik Florist&Stones Surabaya, salah satunya. Ia memilih untuk konsentrasi mengembangkan tanaman hias lokal daripada tanaman hias impor. Alasannya, produk lokal mempunyai karaktersitik lebih bagus dari barang impor yang dikembangkan melalui kultur jaringan.

Wanita ini masuk ke bisnis tanaman hias dari hobi yang ditularkan oleh kedua orangtuannya sejak kecil. Dari kesukaannya pada tanaman hias itu, maka mulailah ia membuka usaha untuk mengkomersilkan tanaman hias koleksinya sejak dua tahun yang lalu. Hasilnya, tentu sudah pasti sangat menguntungkan. Apalagi sang suami yang dinikahinya sejak tahun 1997 cukup mendukung usahanya itu.

Di awal usahanya, wanita yang akrab dipanggil Anjar ini sebenarnya tak langsung mengkomersilkan tanaman hias. Ia mengawali usahanya dengan bisnis batu paras yang bisa dibentuk sesuai pesanan atau kreasi pemesannya, seperti untuk hiasan dinding, pot, dan air mancur. Ternyata dari bentuk pot yang bervariasi itu, ia berhasil mendominasi penjualan batu paras miliknya.

"Kalau ada satu barang yang laris, maka harus dipikirkan paduannya dan tanaman hias sangat cocok dengan pot,"imbuh Anjar.

Melihat kondisi yang ada, naluri bisnis Anjar langsung terbuka. Apalagi koleksi tanaman hias miliknya sendiri bisa dijadikan modal untuk memulai usaha tanaman hias. Awalnya, ia mengaku cukup sulit mengembangkan usahanya itu, sebab masih belum banyak yang mengenal produk dan lokasi yang dimilikinya.

Bisnis batu sendiri ia dalami, karena sesuai dengan profesi suami yang bekerja sebagai arsitek. Lalu, ia kembangkan dan gabungkan sendiri antara bisnis batu dengan tanaman hias. Saat ini Anjar sudah memiliki satu ruang display untuk lokasi penjualan. Sedangkan untuk nurseri, masih dalam tahap pembangunan.

Setelah berjalan selama dua tahun, usaha batu dan tanaman hias yang dilakoninya ternyata mendapatkan respon di luar prediksi, sebab awalnya usaha ini sebagai satu cara untuk menambah aktifitasnya. Namun ternyata, setelah berjalan selama dua tahun, bisnis ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar, sehingga ia pun serius untuk mengelolanya.

Memang hampir sebagian besar pengusaha tanaman hias berawal dari hobi dan itu menjadi satu nilai lebih yang dimiliki Anjar, sebab tanaman hias saat ini mampu jadi satu komoditi yang mempunyai nilai tinggi. Jadi, peluang keberhasilan yang didapat dipastikan lebih besar, sebab didukung oleh pengalaman mengelola yang cukup lama dan itu jadi satu senjata ampuh untuk memajukan bisnisnya.

Kembangkan Koleksi Aglaonema

Koleksi terbanyak yang dimiliki Anjar saat ini didominasi oleh tanaman aglaonema. Aglaonema merupakan tanaman favoritnya saat masih kecil. Dari aglaonema ini, ruang display yang diberi nama Florist&Stones di kawasan Jl. Lontar Surabaya mulai banyak didatangi pembeli. Bahkan saat tanaman anthurium mendominasi di pasaran sekarang ini, tetap banyak penghobi aglaonema yang datang untuk melihat koleksi miliknya.

Meski belum besar, namun dari tanaman hias diakui Anjar banyak mendapatkan pengalaman yang cukup banyak. Yang paling terasa adalah peningkatan kualitas kesabaran dari proses perawatan yang dilakukan terhadap tanaman hias. Kesabaran tentu jadi satu modal utama bagi penghobi tanaman hias, sebab semua orang sudah tahu bahwa merawat tanaman harus melalui proses yang panjang. Contohnya aglaonema, untuk menghasilkan daun siap jual membutuhkan waktu minimal enam bulan. Selain itu, setiap perlakuan yang kita berikan, seperti pemupukan maupun pengobatan dari serangan serangga maupun jamur tidak bisa dirasakan langsung.

Kekhawatiran yang muncul saat ini adalah makin maraknya gempuran produk impor yang terus masuk ke pasar tanaman hias nasional. Meski bagi pengusaha akan mendatangkan untung yang lebih cepat dan besar, tapi secara keseluruhan hal itu bisa merusak pasar tanaman hias, terutama dari harga jualnya.

Lihat saja reality bisnis tanaman hias saat ini, untuk pasaran aglaonema harganya mulai turun sejak akhir tahun 2006 sampai sekarang. Penurunan harga itu, menurut Anjar, selain dari naiknya pamor anthurium juga dari banyaknya produk impor di pasar. Akibatnya, harga jual otomatis turun berdasarkan hukum pasar.

"Dilihat dari kualitas, sebenarnya produk lokal tetap lebih unggul. Salah satunya dari kualitas batang dan daun yang lebih tebal, sehingga terkesan lebih kokoh," ujar Anjar. "Bahkan saat ini, untuk produk lokal salain Pride Of Sumatera ada beberapa varian yang tetap mempunyai harga pasaran tinggi," lanjutnya.

Contohnya Aglaonema Tiara yanga diperjual-belikan di kisaran harga Rp 1,75 juta per-daunnya. Sementara aglaonema Diana dipatok harga Rp 1,5 juta setiap daunnya, dan Adelian yang masih berkisar Rp 300 ribu per-daun. Untuk Pride Of Sumatera sendiri, saat ini harga beli masih sekitar Rp 20 ribu per-daunnya.

Dari kondisi pasar saat ini, memang mau-tidak mau dirinya harus mengikuti pasar, dimana produk impor tetap tidak bisa dihindari, baik itu untuk aglaonema maupun anthurium yang saat ini jadi ratu daun di Indonesia. Namun sebagai pengusaha yang mempunyai idealisme sendiri, ibu satu anak ini memilih tetap konsentrasi mengembangkan produk lokal.



Langkah pertama yang diambilnya sebagai strategi pasar adalah mengurangi koleksi impor yang dimilikinya untuk dijual ke pasar dan mengutamakan produkl lokal sebagai koleksi. Meski melawan pasar, namun dilihat dari potensi kekuatan tanaman lokal, harga jualnya dipastikan bisa bersaing.

"Kalau kualitas produk lebih baik, tentu harga lebih tinggi, tapi tidak bisa produksi masal, sebab proses pentumbuhan lambat," tandas Anjar.

Dari konsep yang diambilnya itu, kini ia sudah menyiapkan untuk membangun satu nurseri sebagai satu syarat untuk mengembangkan usaha tanaman hias, sebab laiknya sebuah restoran wajib mempunyai dapur sebagai produksi makanan, begitu juga untuk tanaman hias, harus ada satu tempat untuk pengembangan produk.

Bila ditanya apakah dulu pernah menyangka bisa mengembangkan satu bisnis tanaman hias dari hobi, Anjar mengaku sama sekali tidak terpikirkan. Dari situ dirinya merasa bahwa siapapun bisa jadi pengusaha, asalkan dikerjakan dengan serius dan tentunya bisa melihat peluang pasar untuk mencapai sukses. [wo2k





Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
Sansevieria/Lidah Mertua
Ragam sansevieria yang mencapai ratusan varian dengan bermacam-macam tingkatan harga membuat para calon pembeli bisa memilih jenis mana yang akan dibeli sesuai dengan tujuannya. Tulisan ini mungkin bisa dijadikan semacam panduan.



Berdasarkan pengalaman, sansevieria yang sering menang kontes adalah jenis Pingucula, Kirkii Brown, Patens (Fischeri), Concina dan beberapa jenis lain yang langka tapi memiliki kesehatan yang prima.

Berbeda lagi jika kita ingin memanfaatkannya untuk keperluan rental atau ditempatkan sebagai penghias ruangan, harus disesuaikan dengan jenis dan ukurannya.

Untuk ruangan besar sebaiknhya pilih sansevieria yang memiliki postur tinggi atau besar seperti Autralian Black, Liliantrue, Masoniana, atau Tiger.

Untuk ruangan sempit atau diletakkan di atas meja, pilih jenis-jenis sansevieria kecil, seperti Moonshine, atau Superba China.

Sedang untuk taman di luar rumah bisa pilih sansevieria yang harganya lebih murah. Sebaiknya tetap disesuaikan dengan luas halaman yang akan ditanami sansevieria.

Harga sansivera kini cukup beragam dari yang hanya Rp 3000,- sampai yang puluhan juta.***




Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
NSEVIERIA LIDAH MERTUA LARIS


Bisnis tanaman lidah mertua sedang laris
Tanaman lidah mertua atau tanaman ular sontak menjadi dagangan yang laris manis. Bahkan, mulai banyak orang Korea berbisnis tanaman ini untuk diekspor ke negaranya. Kabarnya, lidah mertua bisa menjadi penghalau polusi hingga radiasi.


Pernah mendengar nama tanaman lidah mertua? Tanaman yang juga disebut tanaman ular alias sansevieria ini sebenarnya tidak terlalu istimewa bagi masyarakat. Lihat saja sekeliling, tumbuhan ini ada di pekarangan, di pinggir jalan, di taman kota, atau di taman-taman gedung perkantoran.

Tapi, siapa nyana tanaman yang masih satu keluarga dengan kaktus ini mulai diburu banyak orang. Mulai tahun 2000 hingga 2002, permintaan akan lidah mertua menjulur begitu pesat dan mencapai juluran terpanjang tahun 2004, dan terus menjulur hingga kini.

Bayangkan pengalaman Lanny Lingga, petani tanaman hias di bawah bendera Seederama Trading dan Marlan Nursery, yang juga menulis buku soal sansevieria. Tahun lalu, kebun miliknya seluas 3 ha di kawasan Sukabumi yang ditanami 25.000 tanaman lidah mertua sudah siap panen. Eh, pencuri menggasaknya habis dalam tiga hari berturut-turut. "Malah di atrium Senen itu dicolong juga. Ada orang yang kalau malam suruh cabutin, karena laku banget waktu itu," kata Lanny mengisahkan perburuan tanaman sansevieria alias ular atau lidah mertua.

Antipolusi dan antiradiasi

Maraknya permintaan akan tanaman ini bukan cuma membuat banyak pemain lokal yang ikut membudidayakannya. Bahkan, tak sedikit orang asing yang terjun langsung dan membeli dari petani-petani untuk diekspor. "Lama-lama banyak juga orang Korea asli yang kesini, dan menjadi eksportir. Mereka membeli sansevieria dari Indonesia dan menjualnya di pasar mereka sendiri di Korea," tutur Grace Setyadharma, Direktur PT Hujanmas Florestika Kencana, salah satu perusahaan yang ikut berbisnis sansevieria.

Lantaran tingginya permintaan, harganya tentu saja ikut membubung. Lidah mertua biasanya dijual dalam pot plastik hitam kecil, dan harganya dihitung per helai daun. Satu pot sering cuma terdiri dari tiga hingga lima helai daun. Dua tahun silam harganya masih sekitar Rp 500 -Rp 700 per daun. Sekarang harganya sekitar Rp 1.500- Rp 4.000 per daun, tergantung jenis dan ketinggian daunnya.

Kalau tanaman Anda tergolong memiliki kelainan atau jenis yang langka, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per pohon. "Kalau yang kelainan itu mahal, bisa 1.000 kali dari harga normal. Misal kuning semua, hijau semua, atau berkelok-kelok," ujar Lanny. Grace juga bilang begitu. Untuk sansevieria berbentuk mawar atau sansevieria trifasciata futura, harga per daunnya bisa mencapai US$ 30.

Tanaman sansevieria ini punya penggemar di berbagai masyarakat dunia, mulai dari Jepang, Taiwan, Korea, hingga di Eropa dan Amerika. Ada yang bilang, tanaman ini dapat menyerap polusi di sekitarnya, sehingga banyak orang yang meletakkannya di dalam rumah atau menanam di halaman. Ada juga yang percaya tanaman ini bisa dijadikan obat diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Bahkan, sebagian masyarakat Korea percaya tanaman ini dapat menghilangkan berbagai radiasi, sehingga mereka memburunya hingga ke seantero jagat. Bangsa China pun percaya tanaman ini membawa keberuntungan bagi yang memeliharanya. Di Thailand, ekstrak sanseivieria kabarnya sudah dikembangkan menjadi obat kanker dengan harga mencapai Rp 700.000 per kapsul.

Lepas dari berbagai kepercayaan tersebut, belum ada riset ilmiah yang bisa membuktikannya. Satu yang pasti, sansevieria sangat mudah hidup di mana saja, di tempat yang banyak polusi udara yang membuat tanaman lain mati, di tempat yang miskin cahaya. Lidah mertua juga tak butuh banyak air. Dia cuma butuh 26 mililiter per tanaman per minggu. "Di ruangan, setengah bulan enggak disiram enggak soal. Makanya di luar negeri itu laku banget, karena bisa ditaruh di dalam ruangan dalam waktu lama," tandas Lanny.

Karena permintaan yang tinggi itulah dalam setahun Lanny mengekspor sansevieria lima kontainer masing-masing berisi 40.000 tanaman. Adapun harga jual per potnya dipatok US$ 2-US$ 3,50. Jadi, sekali kirim ia bisa menggenggam duit ratusan juta rupiah. Dalam setiap pameran flora pun nyaris setiap peserta menjual sansevieria dengan stok ratusan pot. Permintaan pasar dari luar negeri, menurut Grace, bahkan mencapai satu kontainer setiap minggu.

Tertarik mencicipi empuknya bisnis sansevieria? Gampang, kok. Coba saja menanamnya dulu. "Sansevieria ini mudah hidup di mana saja. Yang penting jangan di luar pagar, nanti diambil orang," kata Grace sambil tertawa lebar.

Hanya, patut diingat, permintaan dari luar negeri, terutama Eropa dan Amerika, juga ada siklusnya. Di musim dingin seperti sekarang biasanya permintaan turun dan baru naik lagi saat musim semi, lalu mencapai puncaknya di musim panas.
+++++

Satu Tanaman Bermacam Nama

Nama sansevieria mungkin masih asing terdengar di kuping masyarakat awam. Di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama tanaman ular atau lidah mertua (mother-in-law's tongue).

Tanaman tropis ini memang memiliki banyak nama. Di antaranya century plant, lucky plant, snakeskin plant, good luck plant, dan african devil's. Setiap negara juga memiliki nama berbeda. Di Jerman, tanaman ini disebut bogenhanf, di Prancis chanvre d'arique, dan di China disebut pak lan, sweet mei lan, atau juga ylang ylang. Tanaman ini telah lama populer di China dan menjadi tanaman hias di dalam ruangan, bahkan sering ditempatkan di vihara-vihara. Pertumbuhan sansevieria yang simetris, menurut bangsa China, menunjukkan keserasian yang tergambar sebagaimana yin dan yang.
+++++

Rupa Ragam Lidah Mertua

Sansevieria memiliki banyak varian dengan harga berbeda-beda. Selain faktor jenis tanaman yang langka, tingginya harga si lidah mertua ini juga lantaran tren. Misalnya, tahun ini yang sedang tren adalah jenis sansevieria trifasciata lorentii, yaitu berwarna hijau dengan pinggiran kuning. Harga sansevieria jenis ini per daun setinggi 40 cm sekitar Rp 1.500, sehingga harga per tanaman yang terdiri dari tiga-empat daun adalah Rp 4.500-Rp 6.000.

Untuk tahun depan, menurut Grace Setyadharma, Direktur PT Hujanmas Florestika Kencana, salah satu pemain sansevieria, yang bakal tren adalah jenis sansevieria trifasciata futura. "Dia mirip dengan laurentii, tapi bentuknya seperti mawar," tutur Grace.

Sesungguhnya, ada ratusan rupa dan ragam sansevieria dengan daerah asal yang berbeda-beda, mulai dari negara-negara di Afrika Timur, Arab, India Timur, Asia Selatan, hingga beberapa pulau di Samudra Pasifik. Beberapa yang terkenal, menurut Lanny Lingga, petani tanaman hias di bawah bendera Seederama Trading dan Marlan Nursery, yang juga menulis buku soal sansevieria, adalah:

1. Sansevieria trifasciata
Jenis ini yang sering disebut sebagai tanaman ular. Ujung daun meruncing, tapi tidak berduri. Pada malam hari biasanya mengeluarkan aroma harum. Daunnya yang masih muda tumbuh tepat di tengah-tengah roset yang berdiri lempang ke atas. Awalnya, pertumbuhan tampak seperti lidi. Jenis trifasciata yang telah disilang menghasilkan varietas baru, antara lain:
~ Sansevieria trifasciata golden hahnii
Penampilan fisiknya hampir sama dengan hahnii. Bedanya ada pada warna daun yang hijau muda dengan kombinasi warna kuning emas, dan berbentuk pita pada bagian tepi daun.
~ Sansevieria trifasciata lorentii
Daunnya rata dan tumbuh tegak dengan tinggi 40 cm-100 cm. Pinggir daun berwarna kuning dan tampak tegas, sedang di bagian tengahnya ada warna kuning yang menyebar tidak beraturan. Jumlah daunnya bisa mencapai lebih dari 10 helai dan pertumbuhannya paling cepat dibandingkan jenis lainnya.

~ Sansevieria trifasciata bantel's sensation atau white sansevieria
Daunnya tumbuh merapat dan tegak lurus. Antarhelai daun saling bertumpuk simetris dengan warna dasar putih, bercorak hijau, dan tepi daun warna hijaunya lebih tegas. Pertumbuhannya paling lambat dibandingkan dengan jenis lain.
~ Sansevieria trifasciata futura
Ciri-cirinya mirip dengan lorentii, tapi daunnya lebih lebar dan lebih pendek. Corak dan warna daunnya juga lebih jelas. Selain itu, bentuknya menyerupai kelopak bunga mawar.

2. Sansevieria liberica
Boleh dibilang, jenis ini memiliki daun yang paling besar dan panjang. Tumbuh kokoh ke atas dan agak tebal. Jika diperhatikan warna daunnya, tampak kombinasi hijau-putih, namun warna putih lebih menonjol.

3. Sansevieria cylindrica
Sesuai dengan namanya, ia memiliki daun yang tumbuh memanjang ke atas dan berbentuk silinder. Daunnya kaku dan sangat tebal dengan warna hijau tua dengan alur-alur hitam keabu-abuan bercampur hijau muda.


Christiantoko, Citra Kurniawati, Femi Adi Supeno



Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.