Minggu, 27 April 2008

Percaya Diri dengan Tanaman Hias Lokal

Sosoknya terlihat sederhana. Namun siapa sangka, wanita murah senyum ini adalah pengusaha tanaman hias sukses di kota Surabaya.

Biasanya, setiap pengusaha tanaman hias menyukai tanaman impor, karena dinilai cukup menguntungkan. Selain itu, tanaman impor lebih mudah dan praktis daripada memperbanyak sendiri.. Namun ternyata, tidak semua pengusaha bisa menerima produk impor, karena bisa mempengaruhi harga jual produk lokal.

Andariani, pemilik Florist&Stones Surabaya, salah satunya. Ia memilih untuk konsentrasi mengembangkan tanaman hias lokal daripada tanaman hias impor. Alasannya, produk lokal mempunyai karaktersitik lebih bagus dari barang impor yang dikembangkan melalui kultur jaringan.

Wanita ini masuk ke bisnis tanaman hias dari hobi yang ditularkan oleh kedua orangtuannya sejak kecil. Dari kesukaannya pada tanaman hias itu, maka mulailah ia membuka usaha untuk mengkomersilkan tanaman hias koleksinya sejak dua tahun yang lalu. Hasilnya, tentu sudah pasti sangat menguntungkan. Apalagi sang suami yang dinikahinya sejak tahun 1997 cukup mendukung usahanya itu.

Di awal usahanya, wanita yang akrab dipanggil Anjar ini sebenarnya tak langsung mengkomersilkan tanaman hias. Ia mengawali usahanya dengan bisnis batu paras yang bisa dibentuk sesuai pesanan atau kreasi pemesannya, seperti untuk hiasan dinding, pot, dan air mancur. Ternyata dari bentuk pot yang bervariasi itu, ia berhasil mendominasi penjualan batu paras miliknya.

"Kalau ada satu barang yang laris, maka harus dipikirkan paduannya dan tanaman hias sangat cocok dengan pot,"imbuh Anjar.

Melihat kondisi yang ada, naluri bisnis Anjar langsung terbuka. Apalagi koleksi tanaman hias miliknya sendiri bisa dijadikan modal untuk memulai usaha tanaman hias. Awalnya, ia mengaku cukup sulit mengembangkan usahanya itu, sebab masih belum banyak yang mengenal produk dan lokasi yang dimilikinya.

Bisnis batu sendiri ia dalami, karena sesuai dengan profesi suami yang bekerja sebagai arsitek. Lalu, ia kembangkan dan gabungkan sendiri antara bisnis batu dengan tanaman hias. Saat ini Anjar sudah memiliki satu ruang display untuk lokasi penjualan. Sedangkan untuk nurseri, masih dalam tahap pembangunan.

Setelah berjalan selama dua tahun, usaha batu dan tanaman hias yang dilakoninya ternyata mendapatkan respon di luar prediksi, sebab awalnya usaha ini sebagai satu cara untuk menambah aktifitasnya. Namun ternyata, setelah berjalan selama dua tahun, bisnis ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar, sehingga ia pun serius untuk mengelolanya.

Memang hampir sebagian besar pengusaha tanaman hias berawal dari hobi dan itu menjadi satu nilai lebih yang dimiliki Anjar, sebab tanaman hias saat ini mampu jadi satu komoditi yang mempunyai nilai tinggi. Jadi, peluang keberhasilan yang didapat dipastikan lebih besar, sebab didukung oleh pengalaman mengelola yang cukup lama dan itu jadi satu senjata ampuh untuk memajukan bisnisnya.

Kembangkan Koleksi Aglaonema

Koleksi terbanyak yang dimiliki Anjar saat ini didominasi oleh tanaman aglaonema. Aglaonema merupakan tanaman favoritnya saat masih kecil. Dari aglaonema ini, ruang display yang diberi nama Florist&Stones di kawasan Jl. Lontar Surabaya mulai banyak didatangi pembeli. Bahkan saat tanaman anthurium mendominasi di pasaran sekarang ini, tetap banyak penghobi aglaonema yang datang untuk melihat koleksi miliknya.

Meski belum besar, namun dari tanaman hias diakui Anjar banyak mendapatkan pengalaman yang cukup banyak. Yang paling terasa adalah peningkatan kualitas kesabaran dari proses perawatan yang dilakukan terhadap tanaman hias. Kesabaran tentu jadi satu modal utama bagi penghobi tanaman hias, sebab semua orang sudah tahu bahwa merawat tanaman harus melalui proses yang panjang. Contohnya aglaonema, untuk menghasilkan daun siap jual membutuhkan waktu minimal enam bulan. Selain itu, setiap perlakuan yang kita berikan, seperti pemupukan maupun pengobatan dari serangan serangga maupun jamur tidak bisa dirasakan langsung.

Kekhawatiran yang muncul saat ini adalah makin maraknya gempuran produk impor yang terus masuk ke pasar tanaman hias nasional. Meski bagi pengusaha akan mendatangkan untung yang lebih cepat dan besar, tapi secara keseluruhan hal itu bisa merusak pasar tanaman hias, terutama dari harga jualnya.

Lihat saja reality bisnis tanaman hias saat ini, untuk pasaran aglaonema harganya mulai turun sejak akhir tahun 2006 sampai sekarang. Penurunan harga itu, menurut Anjar, selain dari naiknya pamor anthurium juga dari banyaknya produk impor di pasar. Akibatnya, harga jual otomatis turun berdasarkan hukum pasar.

"Dilihat dari kualitas, sebenarnya produk lokal tetap lebih unggul. Salah satunya dari kualitas batang dan daun yang lebih tebal, sehingga terkesan lebih kokoh," ujar Anjar. "Bahkan saat ini, untuk produk lokal salain Pride Of Sumatera ada beberapa varian yang tetap mempunyai harga pasaran tinggi," lanjutnya.

Contohnya Aglaonema Tiara yanga diperjual-belikan di kisaran harga Rp 1,75 juta per-daunnya. Sementara aglaonema Diana dipatok harga Rp 1,5 juta setiap daunnya, dan Adelian yang masih berkisar Rp 300 ribu per-daun. Untuk Pride Of Sumatera sendiri, saat ini harga beli masih sekitar Rp 20 ribu per-daunnya.

Dari kondisi pasar saat ini, memang mau-tidak mau dirinya harus mengikuti pasar, dimana produk impor tetap tidak bisa dihindari, baik itu untuk aglaonema maupun anthurium yang saat ini jadi ratu daun di Indonesia. Namun sebagai pengusaha yang mempunyai idealisme sendiri, ibu satu anak ini memilih tetap konsentrasi mengembangkan produk lokal.



Langkah pertama yang diambilnya sebagai strategi pasar adalah mengurangi koleksi impor yang dimilikinya untuk dijual ke pasar dan mengutamakan produkl lokal sebagai koleksi. Meski melawan pasar, namun dilihat dari potensi kekuatan tanaman lokal, harga jualnya dipastikan bisa bersaing.

"Kalau kualitas produk lebih baik, tentu harga lebih tinggi, tapi tidak bisa produksi masal, sebab proses pentumbuhan lambat," tandas Anjar.

Dari konsep yang diambilnya itu, kini ia sudah menyiapkan untuk membangun satu nurseri sebagai satu syarat untuk mengembangkan usaha tanaman hias, sebab laiknya sebuah restoran wajib mempunyai dapur sebagai produksi makanan, begitu juga untuk tanaman hias, harus ada satu tempat untuk pengembangan produk.

Bila ditanya apakah dulu pernah menyangka bisa mengembangkan satu bisnis tanaman hias dari hobi, Anjar mengaku sama sekali tidak terpikirkan. Dari situ dirinya merasa bahwa siapapun bisa jadi pengusaha, asalkan dikerjakan dengan serius dan tentunya bisa melihat peluang pasar untuk mencapai sukses. [wo2k





Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

Tidak ada komentar: